UNY Berderap Membawa Panji: Unggul, Kreatif, dan Inovatif Berkelanjutan.
" Pendidikan tinggi harus membumi. Ia tidak cukup hanya melahirkan sarjana, tetapi harus melahirkan solusi bagi persoalan rakyat. "
(Darmaningtyas, Pakar Pendidikan)
Di tengah derap pembangunan bangsa yang kian dinamis, tuntutan akan peran pendidikan tinggi semakin dibutuhkan: tidak sekadar mencetak sarjana, tetapi juga aktif menjadi bagian dari solusi masalah masyarakat. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) senantiasa memperjuangkan harapan ini, menjadi katalisator pembangunan yang nyata.
Dengan semboyan unggul, kreatif, dan inovatif berkelanjutan UNY terus berjuang menjadi kampus yang tak hanya unggul secara akademik, tetapi juga relevan secara sosial. Tulisan ini mengajak pembaca melihat integrasi Tridharma Perguruan Tinggi yang dilakukan UNY dalam tiga aspek: (1) pendidikan yang melahirkan problem-solver kreatif, (2) penelitian berbasis kebutuhan riil masyarakat, dan (3) pengabdian yang menumbuhkan kemandirian komunitas.
1. Pendidikan: Menciptakan Generasi Kreatif dan Solutif
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tidak sekadar menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah untuk mencetak generasi yang kreatif dan solutif. Melalui pendekatan pembelajaran yang aplikatif, UNY mendorong mahasiswanya untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga langsung berkontribusi pada masyarakat. Salah satu bentuk nyatanya adalah program Pembelajaran Creativepreneur, yang mengintegrasikan jiwa kewirausahaan dalam kurikulum. Semangat kewirausahaan dalam diri mahasiswa UNY berubah inovasi-yang disini kita dapat melihat dua contoh-diantaranya yaitu produk kuliner sehat Kedelite (snack bar dari limbah kulit kedelai dan biji nangka) serta kopi daun kelor, yang tidak hanya bernilai ekonomis tetapi juga menjadi solusi pemanfaatan bahan lokal yang tersedia melimpah di lingkungan masyrakat. Produk ini tidak hanya menghasilkan jajanan yang sehat tetapi juga membuka peluang kerja sama dengan UMKM sekitar karena dapat menjadi salah satu pilihan produk kuliner sehat dan keinian.
Di Desa Timpang, Pengasih, Kulonprogo, sekelompok mahasiswa KKN UNY 2025 tak hanya datang memberi teori - mereka menggelar workshop praktis mengolah daun kelor dan daun teh menjadi scrub alami dan jamu sehat. Para mahasiswa ini mengajarkan kepada warga bagaimana mengubah bahan sederhana menjadi produk yang memiliki manfaat kesehatan serta membawa nilai ekonomi. Pada tahun sebelumnya di Desa Krajan Kidul KKN UNY membantu ibu-ibu PKK mengkreasi tempe menjadi nugget lezat, membuka peluang usaha baru dengan bahan lokal. Sementara itu, di tengah ancaman demam berdarah, tim KKN Tunjungan UNY melakukan mensosialisasikan lotion anti nyamuk dari serai yang mudah dibuat sendiri. Dalam ragam aktivitas ini para mahasiswa tersebut berupaya untuk memecahkan masalah konkret warga sekaligus menciptakan kemandirian dan mengapresiasi potensi herbal lokal. Disini kita dapat melihat bahwa KKN UNY - bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tapi mengupayakan yang terbaik untuk meninggalkan jejak kebermanfaatan di masyarakat. UNY membumikan prinsip bahwa ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang bisa bermanfaat bagi hidup orang lain.
Selain inovasi kreatif yang sudah disebut di atas, masih ada beragam kreatifitas yang memberdayakan masyarakat yang digagas oleh UNY yang bisa pembaca lihat sendiri di web UNY. Sebuah harapan kita sematkan pada panji pengabdian UNY bahwa sinergi antara dunia akademik dan realitas sosial ini akan menjadikan lulusan UNY tidak hanya kompeten di bidangnya, tetapi juga siap menjadi agen perubahan yangakan senantiasa mengupayakan inovasi-inovasi dalam mencari solusi dari persoalan dalam masyarakat. Dengan menggabungkan pembelajaran kreatif, riset terapan, dan pengabdian langsung, UNY dapat membuktikan bahwa pendidikan tinggi haruslah relevan dengan tantangan zaman, membawa kontribusi nyata dalam memberdayakan masyarakat sekitar.
2. Penelitian: Inovasi Berkelanjutan yang Berakar pada Kearifan Lokal
Di tengah krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) hadir dengan penelitian-penelitian yang tak hanya inovatif, tetapi juga mengapresiasi kearifan lokal dan keberlanjutan alam. Di sini, laboratorium tak lagi menjadi ruang tertutup yang terpisah dari realitas, melainkan bengkel tempat merajut solusi nyata untuk wajah bumi yang lebih baik sambil terus menggali potensi dari kekayaan alam yang ada dalammasyarakat lokal.
Salah satu jawaban atas masalah plastik global datang dari umbi talas lokal. Tim peneliti UNY mengkreasikan tanaman yang sering dianggap kampungan ini menjadi bioplastik ramah lingkungan. Inovasi ini tak sekadar dapat menyelamatkan bumi dari sampah plastik, tetapi berpotensi menghidupkan kembali ekonomi petani talas. Di tangan inovator UNY, talas tak lagi sekadar komoditas murah. Talas bertransformasi menjadi pahlawan lingkungan yang dapat menjawab bagaimana mengatasi melimpahnya sampah plastik dan sekaligus berpotensi menggerakkan roda perekonomian desa.
Di wilayah berbeda, eceng gondok—tumbuhan yang sering dicap sebagai gulma pengganggu—mendapatkan potensi barunya. Peneliti UNY mengolah tanaman air ini menjadi spray antibakteri. Ini adalah bentuk rekonsiliasi manusia dengan alam: eceng gondok yang selama ini dibasmi, kini menjadi sumber daya yang dapat memberikan solusi kesehatan bagi masyarakat.
Selain itu, inovasi helm dan rompi proyek buatan mahasiswa UNY menjadi bukti bahwa pembangunan berkelanjutan harus memikirkan keselamatan para pekerja. Helm dan rompi cerdas yang dikembangkan tim UNY dengan integrasi teknologi IoT(Internet of Things) dan AI(Artificial Inteligence) didesain untuk meningkatkan keselamtan pekerja tambang. Produk ini tak hanya melindungi pekerja tambang dari bahaya, tetapi juga mengingatkan kita bahwa produk teknologi terbaik adalah yang lahir dari empati terhadap mereka yang bekerja di garis depan pembangunan.
Dalam tiga contoh inovasi diatas kita melihat adanya rekonsiliasi: antara modernitas dan makanan lokal, antara teknologi dan alam, antara kampus dan masyarakat. Di sini, sains dan teknologi canggih tak lagi dingin dan terkurung dalam laboratorium dan kelas semata, tetapi menjadi hangat oleh nilai-nilai kemanusiaan, keberlanjutan lingkungan dan empati bagi sesama.
3. Pengabdian Masyarakat: Merajut Pengetahuan dan Solusi Nyata
Jika pada bagian pertama kita melihat bagaimana UNY membentuk generasi solutif, dan di bagian kedua menyaksikan inovasi penelitian yang menyatu dengan kearifan lokal, maka pengabdian masyarakat menjadi benang merah yang menghubungkan keduanya. Di titik inilah teori bertemu praktik, di mana ilmu pengetahuan dan riset diwujudkan menjadi solusi berkelanjutan bagi persoalan masyarakat.
Salah satu buktinya adalah karya tim Biologi UNY yang mengubah limbah kulit jeruk menjadi bioadsorben penjernih limbah batik melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Inovasi ini secara cerdas memanfaatkan kandungan alami kulit jeruk untuk mengatasi dua masalah: mengurangi tumpukan limbah jeruk dari industri kuliner sekaligus menekan pencemaran pewarna dari industri batik.
Pengakuan terhadap kontribusi UNY dalam membangun bangsa tidak hanya datang dari masyarakat yang telah merasakan manfaat inovasi UNY namun juga dari pemerintah melalui penghargaan Abdidaya ORMAWA 2024 dari Kemendikbudristek. Prestasi ini menegaskan bahwa riset dan pengabdian UNY tidak hanya inovatif, tetapi juga selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam setiap langkahnya, UNY konsisten mewujudkan prinsip sederhana namun mendalam: ilmu pengetahuan harus membumi, menyentuh kebutuhan nyata masyarakat, dan membawa nilai tambah yang berkelanjutan. Prinsip inilah yang menjadi roh dari semboyan UNY sebagai perguruan tinggi yang unggul, kreatif, dan inovatif berkelanjutan. Maju terus Universitas Negeri Yogyakarta.
Posting Komentar untuk "UNY Berderap Membawa Panji: Unggul, Kreatif, dan Inovatif Berkelanjutan."