Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: Titik Nol

Titik Nol: Makna Sebuah PerjalananTitik Nol: Makna Sebuah Perjalanan by Agustinus Wibowo
My rating: 4 of 5 stars

"Tanpa mimpi, tanpa cita-cita orang tidak akan kemana-mana"
Dalam bukunya yang lain, selimut debu, menjadi "turis" adalah cita-cita sang penulis dari kecil. Mimpi itupun menjelma menjadi ambisi yang besar dalam diri penulis yakni ingin mencapai daratan Afrika Selatan dengan menempuh jalur darat yang dimulai dari negeri Tiongkok. Mimpi dan cita-cita penulis untuk keluar dari zona nyamannya kemudian berkeliling menjadi "turis" di negara-negara asia barat adalah sesuatu yang tidak lumrah bahkan terkesan nekat dan "gila". Bagaimana tidak? Penulis adalah lulusan terbaik dari universitas nomor pertama di Beijing dari jurusan yang alumninya banyak digandrungi masa kini di era digital. Dengan modal ijazah dan kemampuannya tentulah banyak perusahaan kelas dunia yang antri untuk mempekerjakan sang penulis tetapi dia menampik semuanya itu. Dia hanya ingin menjadi turis, berkeliling dunia menjadi petualang, ingin mencapai daratan Afrika dengan jalur darat sembari mengabdi pada kemanusiaan dengan mengangkat kisah-kisah kemanusiaan dari daerah-daerah yang terlupakan banyak orang. Dia ingin berarti dengan cara yang tidak biasa. Kepada papanya dia berkata:
Empat tahun aku kuliah apa yang kudapat? Empat tahun penderitaan dan persaingan, apa hasilnya? Hanya selembar inajzah, hanya barisan angka. Apa artinya kertas-kertas ini? Ini bukan hidup yang sungguhan. Bukankah papa sendiri yang bilang, jadi orang itu yang peting berguna bagi sesama? Aku mau menulis tentang kisah hidup manusia yang sering kali dilupakan, kisah hidup ditempat terpencil, kisah tentang kemanusiaan! Izinkanlah anakmu keliling dunia.
Walaupun ambisinya untuk mencapai daratan afrika belum juga terpenuhi namun yang membuat kagum banyak orang adalah perjalanan sang penulis telah menghasilkan setidaknya tiga buah buku bergenre "traveler writing" yang kesemuanya best seller dan diterbitkan dalam dua bahasa. Bahkan buku titik nol ini kabarnya akan segera diangkat ke layar lebar.
***
"Perjalananku bukan perjalananmu, perjalanku adalah perjalananmu".
Tagline yang tertera disampul buku ini membuat saya dari awal bertanya-tanya apa maksud dari frase yang saling bertolak belakang itu. Petualangan penulis melintasi negara-negara dari Tibet, Pakistan, Afganisthan, Kathmandu, Nepal, India, dan entah negara apa lagi tidaklah dijejali dengan romantisme wisata yang dihiasi narasi eksotisme alam dan budaya bergaya hedon dan penuh eksploitasi (minjam istilah penulis). Narasi yang dikedepankan dalam buku ini adalah refleksi pada petualangan penulis melintasi berbagai daerah dengan budaya yang beragam. Pengalamannya dalam menyaksikan dan mengalami kesemrawutan, ketimpangan sosial, ketidakadilan, keterasingan, keterisolasian, eksploitasi, praktek budaya/agama, perang, persahabatan, penderitaan pengalaman-pengalaman itu kemudian ditarik kedalam refleksi penemuan makna akan arti hidup, pengabdian, kebahagiaan, agama bahkan nasionalisme. “Perjalanan tanpa makna adalah rumah tanpa roh, hanya wujud tanpa jiwa” (h.135). Perjalanan dan refleksi pribadi penulis ini memang sejatinya pemaknaan dari sudut pandang pribadi sang penulis, namun pembacapun dapat menikmati kisah ini dan menjadikan bacaan ini perjalanan sendiri tanpa harus meninggalkan tempat. Seperti kutipan” when you open a book you go places where your mind runs wild and your dream soar”, membaca buku ini seolah-olah menjadi jendela kecil bagi saya melihat sekelumit dunia di Pakistan, Tibet, Nepal, India dsb.
***
Gaya penyajian penulis dengan menyajikan kisah paralel antara kisah petualangannya dan kisah Ibundanya yang berjuang melawan kanker adalah format penyajian yang berbeda dan menarik dari buku ini. Terkadang pembaca penasaran akan kelanjutan kisah sang Ibu yang tengah berjuang melawan kanker dan disaat lain kita akan hanyut dalam petualangan di negara yang berbeda lagi. Buku ini adalah bentuk pengabdian sang penulis bagi ibundanya, sebuah bentuk pengabdian yang unik dan mengharukan. Selamat membaca bagi yang ingin bertualang lintas negara tanpa pasport sekaligus mencari makna dibalik perjalanan.
***


View all my reviews

Posting Komentar untuk "Review Buku: Titik Nol"