IP Man 4, nostalgia Bruce Lee era 80an serta logika pekok kaum rasis
Bruce Lee dan Rambo adalah super hero layar lebar dari era 80an yang telah meng-occupy memori jangka panjang saya. Mereka adalah super hero yang sulit dilupakan yang didialamnya image kepahlawanan dibentuk dari perpaduan kekuatan olah kanuragan khas negara tirai bambu, keindahan warisan budaya dan sejarah, serta ditopang alur cerita super hero pembela kaum tertinndas. Tema yang tak akan lekang dimakan waktu.
Menoton IP Man 4 cukuplah membuat saya bernostalgia karena adegan signature Bruce Lee dengan aksi menggebuki pembully dengan double stick sambil teriak ciat-ciat haiiit adalah potret adegan Bruce Lee yang paling saya ingat. Adegan ini menjadi signature tersendiri mungkin karena selain berkesan all-out fight tetap memiliki sentuhan lucu yang dapat membuat penonton meringis-ngeri tetapi juga sesekali terbahak. Sayangnya adegan ala Bruce Lee tempo doloe hanya muncul sebentar dalam film IP Man 4, karena ini memang bukan tentang Bruce Lee tetapi tentang gurunya Bruce Lee, si Yip Man eh IP Man :) .
Sumber gambar: IP Man 4 Banner
IP Man 4 dengan setting tahun 90an ini hadir dengan tema masa kini tentang rasisme, pribumi vs non pribumi, gaya hidup eksklusive vs terbuka, serta konflik remaja Vs Orang tua.
Konflik ortu vs remaja diwakili oleh konflik IPMan yang menginginkan anaknya menampilkan prestasi akdemik disekolah akan tetapi si anak yang justru ingin mendalami seni bela diri kung fu seperti bapaknya menolak. Ayah anak tak sependapat, walhasil jadilah si anak pembangkang dan tukang berkelahi disekolah. Hal inilah yang membuat IP man memenuhi undangan Bruce Lee ke AS (yang semula ditolaknya) karena dia ingin sekalian menjajaki kemungkinan memindahkan sekolah sang anak ke Amerika Serikat.
Konflik ortu Vs remaja juga terjadi pada keluarga Tionghoa yang dijumpainya di AS ketua CBA (Chineese Benevolent Ascociation), Wan Zong Hua (Wu Yue), menghadapi masalah yang sama dengan anaknya Yonah (Vanda Margraf). Wan Zong menginginkan anaknya untuk mempelajari seni bela diri kung fu sementara Yonah lebih menyukai menjadi Cherleaders.
Resolusi dari konflik tentunya mudah ditebak bahwa pada akhirnya orangtua akan mengalah namun itu terjadi setelah orangtua melihat bahwa pilihan anaknya memang merupakan opsi terbaik.
Rasisme sebagai tema masa-kini, tema yang kembali memanas setelah Trump memasuki gedung putih-dalam konteks USA dan bahkan dunia, ini hadir kembali menjadi tema utama IP Man 4. Isu kebencian yang dipicu ketidakmampuan bersaing secara sportif lalu sipecundang menggiring dan mengeksploitasinya menjadi isu rasis murahan. Sayangnya issu ini sangat mudah dipercaya oleh orang-orang yang memang berfikiran sempit dan tidak tahu malu dan secara secara gamblang diwakilkan pada kasus Yona Vs Becky.
Yonah, anak keturunan tionghoa, bersaing dengan Becky (gadis kulit putih Amerika) bersaing untuk menjadi ketua cheerleader. Becky kalah kreatif dan Yona (si gadis keturunnan Tionghoa) sebagai pemenang. Becky membully Yona dan kasusnya meluas sampai melibatkan Bapaknya Becky yang seorang marinir US. Sang bapak yang jago karate turun tangan membalas dendam ke kompleks pecinan menantang pendekar kungfu tionghoa. Pertarungan seru tak terelakkan terjadi. Korban berjatuhan, kompleks perguruan kung fu porak poranda.
Betapa mudah memprovokasi mereka, kaum yang selalu merasa terbaik, menganggap ras/agama/suku apapun tak setara, tak sebanding dengan mereka. Kasus apapun kalau sudah dibalut rasisme langsung ditelan bulat-bulat tanpa perlu menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu. Hasilnya kerugian . Kerugian bukan cuma pada yang kalah tapi pada yang menang, mereka juga akan menderita kerugian. Orang bilang racism has no place on earth tapi kenyataannya isu ini masih terus dieksploitasi orang-orang berkepentingan untuk mendapat simpati, kekuasaan dan harta.
Karate Vs Kung Fu serta logika pekok kaum rasis.
Dipertontonkan Ayah Becky yang seorang marinir yang begitu memuja karate sebagai seni bela diri yang tiada tanding dan menganggap remeh seni bela diri kaum tionghoa. Menganggap ras mereka sebagai ras inferior (lebih rendah dari kulit putih) , memberikan sentilan pada logika pekok, standar ganda, kaum rasis.
Disatu sisi menganggap karate (yang adalah warisan budaya Jepang) sebagai terbaik namun disatu sisi menghina ras asia yang didalamnya termasuk Jepang. Itulah logika standar ganda kaum rasis, logika dibangun suka-suka dia dan kadang-kadang tak tau malu.
Logika pekok yang juga dikuliti habis oleh film IP Man 4 adalah tentang pendatang Vs Non Pendatang di USA. Si Becky yang emosi meradang menghina Yonah sebagai pendatang yang tak pantas tinggal di USA dibalas Yonah dengan mengatakan bahwa: "setahu saya satu-satunya penduduk pribumi di Amerika adalah suku Indian tetapi mereka telah diperangi dan disingkirkan oleh nenek moyangmu yang berasal dari Eropa" Becky mati kutuh kena skak mat. Pendatang teriak pendatang. Tema yang tak pantas disebut lagi di era global.
Banyaknya tema-tema yang diangkat dalam balutan cerita kungfu Vs Karate ini bagi beberapa orang, terasa membebani film ini sedemiak sehingga cerita menjadi kurang fokus. Namun bagi saya film ini tetap sukses dalam mengantarkan pesan-pesan utama yang dibawahnya sekaligus menghibur dengan seni pertunjukan bela diri kelas dunia.
Menoton IP Man 4 cukuplah membuat saya bernostalgia karena adegan signature Bruce Lee dengan aksi menggebuki pembully dengan double stick sambil teriak ciat-ciat haiiit adalah potret adegan Bruce Lee yang paling saya ingat. Adegan ini menjadi signature tersendiri mungkin karena selain berkesan all-out fight tetap memiliki sentuhan lucu yang dapat membuat penonton meringis-ngeri tetapi juga sesekali terbahak. Sayangnya adegan ala Bruce Lee tempo doloe hanya muncul sebentar dalam film IP Man 4, karena ini memang bukan tentang Bruce Lee tetapi tentang gurunya Bruce Lee, si Yip Man eh IP Man :) .
Sumber gambar: IP Man 4 Banner
IP Man 4 dengan setting tahun 90an ini hadir dengan tema masa kini tentang rasisme, pribumi vs non pribumi, gaya hidup eksklusive vs terbuka, serta konflik remaja Vs Orang tua.
Konflik ortu vs remaja diwakili oleh konflik IPMan yang menginginkan anaknya menampilkan prestasi akdemik disekolah akan tetapi si anak yang justru ingin mendalami seni bela diri kung fu seperti bapaknya menolak. Ayah anak tak sependapat, walhasil jadilah si anak pembangkang dan tukang berkelahi disekolah. Hal inilah yang membuat IP man memenuhi undangan Bruce Lee ke AS (yang semula ditolaknya) karena dia ingin sekalian menjajaki kemungkinan memindahkan sekolah sang anak ke Amerika Serikat.
Konflik ortu Vs remaja juga terjadi pada keluarga Tionghoa yang dijumpainya di AS ketua CBA (Chineese Benevolent Ascociation), Wan Zong Hua (Wu Yue), menghadapi masalah yang sama dengan anaknya Yonah (Vanda Margraf). Wan Zong menginginkan anaknya untuk mempelajari seni bela diri kung fu sementara Yonah lebih menyukai menjadi Cherleaders.
Resolusi dari konflik tentunya mudah ditebak bahwa pada akhirnya orangtua akan mengalah namun itu terjadi setelah orangtua melihat bahwa pilihan anaknya memang merupakan opsi terbaik.
Rasisme sebagai tema masa-kini, tema yang kembali memanas setelah Trump memasuki gedung putih-dalam konteks USA dan bahkan dunia, ini hadir kembali menjadi tema utama IP Man 4. Isu kebencian yang dipicu ketidakmampuan bersaing secara sportif lalu sipecundang menggiring dan mengeksploitasinya menjadi isu rasis murahan. Sayangnya issu ini sangat mudah dipercaya oleh orang-orang yang memang berfikiran sempit dan tidak tahu malu dan secara secara gamblang diwakilkan pada kasus Yona Vs Becky.
Yonah, anak keturunan tionghoa, bersaing dengan Becky (gadis kulit putih Amerika) bersaing untuk menjadi ketua cheerleader. Becky kalah kreatif dan Yona (si gadis keturunnan Tionghoa) sebagai pemenang. Becky membully Yona dan kasusnya meluas sampai melibatkan Bapaknya Becky yang seorang marinir US. Sang bapak yang jago karate turun tangan membalas dendam ke kompleks pecinan menantang pendekar kungfu tionghoa. Pertarungan seru tak terelakkan terjadi. Korban berjatuhan, kompleks perguruan kung fu porak poranda.
Betapa mudah memprovokasi mereka, kaum yang selalu merasa terbaik, menganggap ras/agama/suku apapun tak setara, tak sebanding dengan mereka. Kasus apapun kalau sudah dibalut rasisme langsung ditelan bulat-bulat tanpa perlu menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu. Hasilnya kerugian . Kerugian bukan cuma pada yang kalah tapi pada yang menang, mereka juga akan menderita kerugian. Orang bilang racism has no place on earth tapi kenyataannya isu ini masih terus dieksploitasi orang-orang berkepentingan untuk mendapat simpati, kekuasaan dan harta.
Karate Vs Kung Fu serta logika pekok kaum rasis.
Dipertontonkan Ayah Becky yang seorang marinir yang begitu memuja karate sebagai seni bela diri yang tiada tanding dan menganggap remeh seni bela diri kaum tionghoa. Menganggap ras mereka sebagai ras inferior (lebih rendah dari kulit putih) , memberikan sentilan pada logika pekok, standar ganda, kaum rasis.
Disatu sisi menganggap karate (yang adalah warisan budaya Jepang) sebagai terbaik namun disatu sisi menghina ras asia yang didalamnya termasuk Jepang. Itulah logika standar ganda kaum rasis, logika dibangun suka-suka dia dan kadang-kadang tak tau malu.
Logika pekok yang juga dikuliti habis oleh film IP Man 4 adalah tentang pendatang Vs Non Pendatang di USA. Si Becky yang emosi meradang menghina Yonah sebagai pendatang yang tak pantas tinggal di USA dibalas Yonah dengan mengatakan bahwa: "setahu saya satu-satunya penduduk pribumi di Amerika adalah suku Indian tetapi mereka telah diperangi dan disingkirkan oleh nenek moyangmu yang berasal dari Eropa" Becky mati kutuh kena skak mat. Pendatang teriak pendatang. Tema yang tak pantas disebut lagi di era global.
Banyaknya tema-tema yang diangkat dalam balutan cerita kungfu Vs Karate ini bagi beberapa orang, terasa membebani film ini sedemiak sehingga cerita menjadi kurang fokus. Namun bagi saya film ini tetap sukses dalam mengantarkan pesan-pesan utama yang dibawahnya sekaligus menghibur dengan seni pertunjukan bela diri kelas dunia.
Say no to racism and
love your culture. ciaattt :)
sumber gambar: https://dokina.tiscali.cz/clanek/ip-man-4-bude-velkou-rozluckou-donnieho-yena-s-kung-fu-337034
Posting Komentar untuk "IP Man 4, nostalgia Bruce Lee era 80an serta logika pekok kaum rasis"